Untuk kita renungkan
Suci lahir dan di dalam batin
Tegaklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat 2x
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya 2x
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista... oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... oh
Berubahlah agar Dia tersenyum
Barusan saya mendengarkan lagu ini dinyanyikan oleh sang penciptanya di sebuah pengusian di daerah merapi, sambil di selingi oleh liputan tentang merapi, lalu tiba-tiba saya terenyuh dan menjadi lemas, lalu tanpa disadari pipi saya pun jadi basah. Saat itu juga saya mengalami kesedihan yang seketika. Lagu ini (lyrics diatas) bener-bener menggambarkan keadaan yang terjadi di merapi. Yang bikin saya lebih sedih lagi, tempat-tempat yang di liput yang mengalami bencana ini merupakan tempat yang saya pasti kunjungi bila saya berlibur ke Jogjakarta.
Rasanya itu baru "ngena" pas mendengarkan lagu ini sambil melihat aktivitas merapi yang terus menerus mengeluarkan lahar panas. Sungguh mengerikan rasanya melihat hal itu, dan orang yang ingin pergi meliput merapi atau ingin berkunjung untuk tujuan rekreasi merupakan orang yang sangat bodoh dan tidak punya otak.
Lalu teringat saya pada seseorang yang tinggal disana, dan dia sudah mencoba mengeluh tentang keadaan ini kepada saya, namun karena saya tidak mengerti seberapa besar dampak, saya masih blm terlalu khawatir. Sekarang setelah melihat liputan tadi di iringi lagu Ebiet yang terus menerus saya putar, saya menjadi sedih dan lemas dan tak berdaya. Rasanya pengen saya gapai dan saya bawa pergi dia dari sana, namun apa daya. Saya tidak mungkin begitu saja pergi, saya bener-bener dalam keadaan tidak berdaya.
Rasa ketidak berdayaan bercampur kesedihan merupakan perasaan yang membuat diri saya kesal dan geram. Ingin rasanya malem ini juga saya packing dan bertolak kesana dengan motor saya, namun saya sadar segala sesuatu yamg dilakukan dalam keadaan beremosi (sedih ataupun geram) tidak akan berjalan lancar. Saya sudah dewasa untuk memikirkan hal itu, dan tidak membuat luka di tangan dengan pisau silet, tapi sungguh perasaan ini membuat diri saya kesal. kemana lagi saya mau mengeluh. Selain melalui tulisan ini. Mungkin memang tidak akan ada orang yang membaca tapi biarlah, setidaknya ini telah menjadi saksi bisu terhadap perasaan saya yang sebenarnya dan kekhawatiran saya terhadap dia.
Baru saya menyadari betapa bodoh dan tololnya saya......
No comments:
Post a Comment