Saturday, October 2, 2010

Review buku "Di bawah Bendera Revolusi"


Kalau anda adalah penggemar Ir. Soekarno pasti pernah mendengar buku Di Bawah Bendera Revolusi. Buku setebal 630 halaman adalah buah karya dari sang proklamator sendiri. Kebetulan saya adalah segelintir orang yang beruntung untuk memiliki buku ini dan lebih beruntunganya lagi saya memiliki buku djilid pertama dan djilid kedua, jadi untuk review buku wh kali ini saya akan mencoba menjelaskan kepada anda pembaca tentang isi dari buku ini.

Dalam buku di bawah bendera revolusi berisi tentang sepak terjang nya Ir. Soekarno dari masa muda hingga mencapai jabatan nomor 1 di Indonesia. Soekarno mencoba untuk menjelaska pemikiran-pemikiran dai tentang Nasionalisme, Islamisme Marxisme, Komunisme serta berbagai paham-paham yang ada di dunia dan beliau mencoba menjelaskan melalui perspective kacamata sendiri.

Di dalam buku ini juga beliau menekankan tentang pengaruh NASAKOM Nasionalis Agama dan Komunis yang ingin beliau coba terapkan di Indoneisa namun sayang paham/ prinsip ini tidak berhasil ia terapkan. Selain NASAKOM juga terdapat sejarah tentang MARHAENISME, di jelaskan secara lengkap dari awal pemikiran hingga penerapan.

DI dalam buku di bawah bendera revolusi (akhir bagian buku djilid 1) terlampir salah satu tulisan Soekarno “Menjadi Guru di Masa Kebangunan”, yang unik adalah tulisan ini merupakan tulisan tangan soekarno bukan hasil cetakan dari pabrik percetakan.

Apabila pembaca tertarik untuk memiliki buku ini, maka (setelah melakukan riset sebentar di google) banderol harganya adalah antara Rp2.500.000,00 hingga Rp.5.000.000,00 tergantung pada kondisi buku. Selamat membaca....

Perkereta apian Indonesia

Angkutan kereta api merupaka jenis angkutan yang paling saya gemari dan paling sering saya gunakan dalam berpergian. Walaupun harga tiketnya terbilang mahal dan waktu tempuh lama serta tidak dapat makanan apapun, tetapi se engganya saya bisa merentangkan kaki serta bebas merokok di bordes. Perkereta apian di Indonesia dapat di bilang masih belum mengeluarkan seluruh potensinya . Sebagai contoh, Jakarta Bandung yang berjarak kurang lebih 200km ditempuh dalam waktu 3.5 jam. Bandingkan dengan kereta Api ekspress di negara Maju. Jarak segitu mungkin hanya butuh waktu 1.5 jam saja.

Bandingkan dengan Malaysia yang sudah berhasil menciptakan kereta api berkecepatan 160km/jam. Atau dengan Eropa. Kita mulai dari kereta api cepat INTERCITY 125 di Inggris. Kereta Api ini melayani rute dari London ke berbagai kota di Ingrris. Rangkaian dari kereta api INTERCITY 125 tidak menggunakan lok tenaga listrik namun menggunakan lok tenaga solar (sama seperti di Indonesia), namun perbedaanya adalah kereta api ini mampu melaju dengan kecepatan 200km/jam. Hampir 2x kecepatan kereta api di Indoneisa. Perancis juga berhasil menggembangkan kereta api TGV yang mampu melaju dengan kecepatan 300km/jam.

Namun masalah utamanya bukan terdapat pada lok, tetapi pada REL. Lebar rel di indonesia bila di bandingkan dengan negara lain adalah lebih pendek, hal ini menyebabkan kereta api tidak bisa berjalan diatas kecepatan lebih dari 120km/jam. Selain lebar rel, jalur kereta api di hampir sebagian wilayah di Indonesia masih rel tunggal sehingga menyebabkan kereta api harus bergantian menggunakan rel tersebut. cikampek-Jakarta serta Kutoarjo-Solo sudah menggunakan rel gada hingga bisa menghemat waktu tempuh kereta api.

Berkaitan dengan kecelakaan kereta api yang terjadi antara KA Senja Utama dan KA Argo Anggrek, menurut saya kecelakaan tersebut seharusnya bisa dapat terhindarkan. Kronologis kecelakaan tersebut adalah KA Senja Utama sedang berhenti memberi Jalan kepada KA Argo Anggrek untuk menyusulnya, namun karena (dikatakan dalam detik.com) kelalaian Masini KA Argo Anggrek, KA Argo Anggrek yang melaju kencang salah masuk jalur dan menghantam KA senja Utama yang sedang berhentu dari belakang. Apabila masinis KA Argo Anggrek tidak lalai, maka peristiwa naas itu tidak perlu terjadi.

Seharusnya lokomotif yang digunakan oleh PT KAI dilengkapi dengan sistem pengaman layanknya lokomotif yang ada di luar negri, sehingga apabila dalam radius jarak tertentu terdapat kereta api didepan lok tersebut maka lok tersebut dapat melakukan emergency braking sehingga mencegah terjadinya tabrakan dengan kereta di depanya, dan mungkin desain gerbong penumpang seharusnya diubah agar gerbong tersebut memiliki crumple zone yang apabila di tabrak maka crumple zone inilah yang akan menahan benturan dari tabrakan.